- Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara individu. Atau, bisa juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok tertentu. Hubungan ini pasti terjadi dan akan terus berlangsung sepanjang masa, sebab menusia sebagai pelaku interaksi merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia ditakdirkan untuk hidup secara berkelompok, sehingga dalam praktiknya mereka membutuhkan peran orang lain agar aktivitas hidup dapat berjalan dengan baik. Serangkaian proses sosial yang harus dijalani tersebut terjadi berkat adanya interaksi sosial. Dengan interaksi sosial, manusia dapat saling mengenal dan menjalankan perannya masing-masing. Mereka juga dapat membentuk tatanan dan struktur sosial di masyarakat berdasarkan kebutuhan sosialisasinya. Hal ini sejalan dengan pendapat sosiolog asal Amerika Edwin Sutherland, yang merumuskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang saling mempengaruhi, sehingga menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku partisipannya. Jika hubungan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan tertentu manusia, maka akan mendorong terbentuknya organisasi, institusi maupun birokrasi terkait di masyarakat. Dengan kata lain, interaksi sosial memicu manusia untuk membuat aturan dan mengatur sistem di tempat mereka Interaksi Sosial dalam Sosiologi Hubungan antar manusia dan fenomena sosial di masyarakat itu dipelajari dalam ilmu Sosiologi. Dalam konsep Sosiologi interaksi sosial dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas individu/manusia yang mampu mempengaruhi tindakan atau kepribadian setiap orang. Menurut ahli sosiologi abad ke-19, George Herbert Mead, interaksi sosial dapat terjadi karena adanya penggunaan simbol-simbol bermakna dan bahasa di antara manusia. Pendapat Mead ini dikenal sebagai teori interaksionisme simbolik. Dalam teori interaksionisme simbolik, simbol-simbol yang digunakan harus memiliki makna sama, agar memicu terjadinya proses interaksi sosial antar individu. Apabila makna simbol berbeda, maka proses interaksi sosial dapat terkendala dan bahkan mungkin tidak dapat terjadi. Sementara itu, Erving Goffman mengibaratkan interaksi sosial layaknya pertunjukkan seni yang memiliki dua kehidupan, yakni backstage belakang panggung dan frontstage depan panggung. Maksudnya, ketika bersosialisasi manusia memiliki pola interaksi yang berbeda tergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Misal, seseorang dapat menjadi murid teladan ketika di sekolah dan anak yang rajin saat tiba di rumah. Syarat dan Bentuk Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial bisa terjadi apabila telah memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat tersebut antara lain kontak sosial dan komunikasi. 1. Kontak Sosial social contactKontak sosial adalah proses bertemunya dua orang atau lebih dalam satu waktu, baik secara fisik maupun menggunakan alat/media. Kontak fisik ini dapat terjadi antar individu, kelompok maupun antar individu dengan kelompok. Berdasarkan sifatnya, kontak sosial terbagi menjadi primer dan sekunder. Kontak sosial primer terjadi secara langsung dengan bertatap muka, sedangkan sekunder melalui alat/media perantara seperti smartphone. Hasil dari kontak sosial ini dapat berupa hal negatif dan positif. Kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan dan permusuhan, sedangkan kontak positif berupa sikap kerjasama dan gotong royong. 2. Komunikasi communicationKomunikasi ialah proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Komunikasi dapat dikatakan sempurna apabila memenuhi syarat berikut Ada pengirim pesan sender; Terdapat isi pesan message; Ada penerima pesan receiver; Ada media atau alat untuk menyampaiakn pesan channel; Ada umpan balik dari pesan tersebut feedback, umpan balik ini dapat berupa rasa terkejut atau pemahaman dan rasa puas terhadap isi pesan. Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial terbagi menjadi beberapa bentuk. Pertama, asosiatif yaitu bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sikap kerja sama, akomodasi toleransi, kompromi, ajudikasi, dan mediasi, akulturasi maupun asimilasi. Kedua adalah bentuk interaksi disosiatif yang mengakibatkan terjadinya persaingan, kontravensi dan konflik. Ketiga hal tersebut dapat terjadi apabila beberapa pihak dari kelompok interaksi memilih jalan kekerasan/ancaman untuk meraih juga Apa yang Dimaksud dengan Sosiologi Industri Definisi & Objek Studi Perbedaan Antara Sosialisasi Formal dan Informal dalam Sosiologi Apa itu Sosiologi Kontemporer Awal Mula Kemunculan dan Teorinya - Pendidikan Kontributor Dewi RukminiPenulis Dewi RukminiEditor Alexander Haryanto
ViewNOTA TOPIK 1,2, MPU 3113 at Selangor International Islamic University College. TOPIK 1 KONSEP ASAS SOSIOLOGI 1. Jelaskan perbezaan antara konsep sosiologi dan sosiologi pendidikan.
Pada artikel ini, kita akan mempelajari nilai dan norma; meliputi pengertian, perbedaan, serta hubungannya dengan keteraturan sosial. Topik ini biasanya masuk ke dalam soal UTBK Sosiologi, lho. Ayo, kita belajar bareng-bareng! — Pengertian, Sifat, dan Proses Terbentuknya Nilai Pernah nggak orang tuamu lebih memilih menyimpan uang untuk biaya pendidikan anaknya dibanding membeli barang mewah? Bagi mereka, barang mewah bukanlah sesuatu yang wajib dimiliki, lebih baik digunakan untuk kuliah dan tabungan hari tua. Di satu sisi, mungkin kamu punya teman yang suka menggunakan barang mewah. Orang tuanya pun gemar mengoleksi jam tangan mahal, tas branded sampai hobi ganti gadget. Dalam hati, kamu bilang “kok beda banget ya sama keluarga gueeee?” dan berujung ngejudge kalau keluarga mereka lebih mentingin foya-foya dibanding pendidikan. Dari cerita di atas, kita bisa memahami bahwa setiap orang hidup dalam didikan dan latar belakang yang berbeda. Orang tuamu dan orang tua temanmu mempunyai prioritas masing-masing yang dianggap benar. Orang tuamu menganggap pendidikan adalah nomor satu, sedangkan orang tua temanmu menganggap barang mewah sebagai prioritas utama. Nah, segala sesuatu yang dianggap penting dan benar oleh kelompok masyarakat inilah yang kita kenal sebagai nilai. Dengan kata lain, nilai bisa kita sebut sebagai prinsip atau pedoman hidup. Nilai yang dianut setiap orang dapat berbeda karena nilai bersifat relatif tidak mutlak. Sesuatu yang kita anggap bernilai belum tentu dianggap sama dengan orang lain. Contohnya kayak kasus di atas tadi, nih. Kamu tumbuh dari keluarga yang mengutamakan pendidikan. Sejak kecil, kamu disekolahkan di tempat terbaik, ikut les supaya bisa masuk ke perguruan tinggi negeri favorit. Semua cara dilakukan oleh orang tuamu agar anak-anaknya bisa menuntut ilmu hingga jenjang sarjana, termasuk membuat asuransi pendidikan. Sebab, pendidikan adalah tolok ukur kesuksesan. Sementara temanmu memiliki orang tua yang bekerja di industri hiburan. Keduanya selebriti yang sering diundang ke acara penting. Bagi mereka, barang branded memiliki nilai berarti. Sebab, semakin mewah barang tersebut, berpengaruh terhadap tolak ukur kesuksesan orang yang mengenakannya. Gimana? Sudah paham kan definisi dan alasan mengapa nilai bersifat relatif? Nah, sekarang kita membahas proses terbentuknya nilai. Pada intinya, nilai bersumber dari 3 hal, yaitu Ciri-ciri Nilai dan Contohnya Nilai sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut Nilai tercipta secara sosial bukan bawaan lahir. Artinya, seseorang terus menerus mempelajari nilai seiring berjalannya waktu. Contoh kamu menganggap pendidikan adalah nilai kesuksesan karena orang tuamu mengajarkan hal tersebut di dalam keluarga. Nah, berarti nilai bukan diperoleh dari lahir, melainkan ditanamkan oleh orang tuamu. Nilai memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap individu dan masyarakat. Contoh bagimu, gelar berpengaruh besar terhadap hidup seseorang. Akan tetapi, orang lain belum tentu memandang hal yang sama. Bisa saja menurut mereka, koneksi pertemanan yang lebih penting. Nilai berlangsung secara terus menerus melalui interaksi, kontak sosial, dan akulturasi. Contoh Sebelumnya, kamu memandang nilai kesuksesan itu berdasarkan dari gelar pendidikan. Tapi, seiring waktu, kamu berinteraksi dengan orang baru atau masuk ke lingkungan baru. Lama-lama, nilai itu bisa berubah. Nilai melibatkan emosi dan perasaan. Artinya, dalam menjalankan nilai, kita akan dipengaruhi oleh perasaan atau emosi. Contoh Orang tuamu menjunjung tinggi nilai pendidikan. Maka mereka rela menabung demi masa depan anak-anaknya. Jenis jenis Nilai dan Contohnya Menurut Notonegoro, nilai terbagi menjadi 3 jenis Nilai Material, yang berguna bagi fisik manusia. Contohnya makanan. Bagi sebagian orang, makanan punya nilai tersendiri. Makan enak bisa meningkatkan mood kalo lagi bete. Nah, contoh nilai material yang lain ada pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainnya. Nilai Vital, yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya. Contoh Bagi abang ojek online, kendaraan bermotor, gadget, dan kuota internet adalah nilai vital karena tanpa barang tersebut, mereka nggak bisa bekerja. Nilai Kerohanian, yang berguna bagi kebutuhan batin manusia. Nilai Kerohanian dapat dibagi menjadi 4, yaitu– Nilai Keindahan, bersumber dari estetika. Contoh kamu menganggap Lucas adalah personil tertampan di boyband NCT U, tapi menurut teman kamu yang paling ganteng itu Mark Lee. Gak perlu berdebat, karena nilai keindahan atau ketampanan seseorang bisa berbeda. – Nilai Kebenaran, bersumber dari akal manusia yang dibuktikan dengan fakta. Contoh Bumi itu bulat, air laut rasanya asin.– Nilai Kebaikan/Moral, bersumber dari hati manusia. Contoh sebelum kamu kelas online, kamu menyempatkan diri buat bantuin Mama beres-beres rumah. Tapi teman kamu bilang kalau waktunya lebih baik digunakan buat belajar UTBK. Well, balik lagi kalau nilai kebaikan orang bisa berbeda.– Nilai Kerohanian, bersumber pada Tuhan. Contoh kamu beragama Kristen, maka ibadahmu dilakukan di gereja dengan berdoa dan nyanyian pujian. Sementara temanmu yang beragama Islam melakukan ibadah di masjid dengan sholat dan mengaji. Pengertian dan Macam-macam Norma Norma adalah aturan yang mengikat masyarakat. Aturan ini bisa berupa perintah atau larangan. Norma memiliki sanksi. Itu sebabnya norma bersifat mengikat. Misalnya nih, saat kamu berkendara tanpa mengenakan helm, tiba-tiba ketemu pak polisi. Kira-kira apa yang bakal terjadi? Kamu bisa diberhentikan oleh Pak Polisi. Terus kamu kasih alasan deh, begini kira-kira “Yah pak, deket kok, cuma mau beli batagor di depan. Jangan ditilang ya, Paaakkk,” Pak polisi geleng-geleng sambil nulis surat tilang. Apapun alasannya, yang kamu lakukan sudah melanggar aturan dan dikenakan sanksi. Karena naik motor tanpa mengenakan helm adalah bentuk pelanggaran norma hukum. Kalau gak ada norma, keadaan di sekitar kita jadi berantakan. Karena, tidak ada aturan yang membatasi perilaku masyarakat. Manusia bebas melakukan apapun yang mereka sukai, tanpa memikirkan keselamatan diri dan orang di sekitarnya. Hubungan antara Nilai dan Norma Sebelum membahas macam macam norma, kamu perlu tau kalau terbentuknya norma dipengaruhi oleh nilai sosial yang ada. Nilai sosial bisa menjadi dasar pedoman atau panduan yang ada di dalam norma untuk menciptakan kehidupan yang aman dan teratur. Nilai akan mempengaruhi cara pandang masyarakat mengenai perbuatan apa saja yang boleh dilakukan, dianjurkan, serta perbuatan yang dilarang karena merugikan diri sendiri dan orang lain. Daya Ikat Norma Di awal tadi sudah dijelaskan ya kalo norma itu sifatnya mengikat. Makanya, norma punya sanksi yang bakal diberikan ke siapapun yang melanggarnya. Kekuatan atau daya ikat norma bisa dilihat dari seberapa besar sanksi yang diberikan kepada individu saat melakukan pelanggaran. Oleh karena itu, daya ikat norma terbagi menjadi empat tingkatan, dimulai dari sanksi terendah sampai tertinggi. Norma Cara Usage, yaitu suatu aturan yang apabila tidak diterapkan, maka pelaku hanya mengalami celaan. Contoh pas lagi makan bareng gebetan, tiba tiba dia sendawa kenceng banget, ew. Terus kamu jadi ilfil dan bilang “duh,sendawa kamu kenceng banget deh, bikin selera makanku hilang”. Nah, kalimat tadi merupakan sanksi celaan. Ngecap melanggar norma usage karena dianggap mengganggu kenyamanan orang lain saat menyantap hidangan, hingga menurunkan selera makan mereka. Kebiasaan Folkways, yaitu suatu aturan yang apabila tidak diterapkan, maka pelaku dianggap menyimpang dari kebiasaan umum di masyarakat. Contoh mencium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah, mengucapkan salam saat masuk atau bertamu ke rumah orang lain. Tidak mencium tangan orang tua sebelum bepergian atau tidak mengucapkan salam saat masuk rumah melanggar norma folkways karena dianggap kurang sopan dan tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat Indonesia. Tata Kelakuan Mores, yaitu suatu aturan yang mengontrol perilaku dan memiliki sanksi di masyarakat. Contoh seseorang yang mencuri, mengkonsumsi narkoba, membunuh, dan sejenisnya, memperoleh sanksi berupa hukuman penjara di negara yang bersangkutan. Mencuri, mengkonsumsi narkoba, dan sejenisnya melanggar norma mores karena merugikan diri sendiri dan membahayakan keselamatan orang lain. Adat Istiadat Custom, yaitu suatu aturan yang disepakati di kelompok masyarakat tertentu, berisi pedoman untuk bertingkah laku. Jika dilanggar, diberi hukuman berupa sanksi adat. Contoh masyarakat yang melakukan pernikahan sesuku di Kabupaten Kampar, Riau, akan dikenakan sanksi berupa pengucilan dan wajib membayar denda satu ekor ayam/kambing/kerbau. Pernikahan sesuku di Kabupaten Kampar, Riau, melanggar norma custom karena sama saja dengan menikahi saudara sedarah. Kaitan Nilai dan Norma dengan Keteraturan Sosial. Keteraturan sosial adalah kondisi kehidupan yang aman, tentram, dan tertib dari perilaku yang merugikan masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, maka dibuat nilai dan norma yang berfungsi untuk mengontrol perilaku masyarakat. Nilai dan norma akan terus diterapkan dalam kehidupan agar masyarakat merasa aman dan terlindungi dari tingkah laku dan kejahatan yang merugikan di kemudian hari. Bayangin deh, kalau gak ada nilai dan norma, semua individu bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Mencuri, berkelahi, merampas hak orang lain, bahkan tidak ada toleransi dalam kehidupan. Serem ya? Hidup jadi berantakan dan jauh dari kata teratur. Itu dia pembahasan tentang nilai, norma serta kaitannya dengan keteraturan sosial. Nilai tidak bisa dikatakan sebagai suatu hal yang mutlak dan pelanggarnya tidak diberi sanksi. Sedangkan norma merupakan aturan mutlak yang wajib ditaati. Semoga kamu bisa memahami perbedaan di antara keduanya ya. Kalau sudah paham, asah kemampuanmu dengan menjawab soal di ruanguji yuk. Semangaaat! ReferensiTintin, Elisanti. 2009. Sosiologi Kelas 10. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. Dwi Laning, Vina. 2009. Sosiologi Kelas 10. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. Waluya, Bagja. 2009. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.
1XpnRY.